Manajemen
Risiko
Yang dimaksud dengan manajemen
risiko adalah upaya-upaya dalam bentuk aturan maupun tindakan yang ditujukan
untuk mengoptimalkan (meminimalisir) risiko atas suatu portfolio sesuai dengan
Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan. Penerapan sistem manajemen
risiko mengacu pada peraturan serta ketentuan yang tertuang dalam kebijakan
perusahaan dan ISO 9001:2000. Manajemen risiko pengelolaan investasi sendiri
terbagi menjadi:
a. Risiko Investasi
Risiko ini berkaitan dengan kegiatan
investasi itu sendiri, sebagai suatu bagian yang integral dalam berinvestasi.
Sehingga manajemen risiko investasi lebih diarahkan untuk melakukan
optimalisasi (minimalisasi) risiko portfolio atas suatu kelompok aset dan hasil
investasi yang diharapkan. Pada akhirnya pendekatan yang lebih diutamakan
adalah pendekatan risk adjusted return.
Ada beberapa risiko yang terkandung
dalam kategori risiko investasi, yaitu:
- Risiko berkurangnya nilai investasi
- Risiko likuiditas
Risiko berkurangnya nilai investasi
dapat diminimalisir melalui metode pemilihan efek yang terukur dan penerapan
kaidah diversifikasi. Pemilihan efek akan sangat banyak dipengaruhi oleh
Kebijakan Investasi masing-masing dana kelolaan. Satu kaidah dasar yang menjadi
bahan pertimbangan utama adalah hubungan berbanding lurus antara risk-return
dalam tiap-tiap kategori aset maupun instrumen investasi. Risiko dalam hal ini
dihitung melalui pendekatan volatilitas, dan selama proyeksi risk adjusted
return-nya masih dalam besaran-besaran yang diperoleh dari derivasi kurva risk-return
maka selama itu pula pemilihan kelompok aset atau instrumen tersebut menjadi
wajar.
Diversifikasi sendiri ditujukan
untuk mengurangi risiko dari sekelompok instrumen investasi. Secara historis
empiris, diversifikasi terbukti mampu mengurangi risiko dalam suatu portfolio.
Risiko Likuiditas berhubungan erat
dengan kemampuan konvertibilitas aset investasi ke dalam bentuk tunai.
Manajemen likuiditas juga akan sangat terpengaruh oleh kebijakan dan
karakteristik masing-masing dana kelolaan dan harus dikelola sesuai dengannya.
b. Risiko Counterparties
Yaitu risiko di mana dana kelolaan
melakukan transaksi dalam bentuk tunai maupun bentuk lainnya kepada pihak lain (counterparties).
PNMIM memiliki standar baku pemilihan dan penentuan limit counterparties
guna meminimalisir terjadinya wanprestasi. Ketentuan ini tertuang dalam dokumen
ISO 9001:2000 no. PNMIM/IK-3.05 tentang Seleksi dan Evaluasi Bank, dan no.
PNMIM/IK-3.06 tentang Seleksi dan Evaluasi Perusahaan Sekuritas.
c. Risiko Operasional
Risiko ini berkaitan dengan
aktivitas harian pengelolaan investasi. PNMIM telah mengembangkan suatu sistem
administrasi dana kelolaan semenjak perintah transaksi (order) di-input
oleh portfolio manager(s), proses matching, checking terhadap
trade confirmation, instruksi ke Bank Kustodi, pencatatan, penghitungan
valuasi hingga pelaporan keuangan/accounting. Sistem yang kami namakan
S21 juga mengikutsertakan parameter-parameter risk management sebagai control
variable-nya. Diharapkan sistem ini dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi operasional pengelolaan dana di PNMIM.
d. Risiko Perubahan
Peraturan/UU
Risiko ini merupakan variable
independen eksternal, sehingga dapat mempengaruhi kinerja dana kelolaan.
MANAJEMEN
RESIKO
Sebuah Investasi, apapun Jenisnya pasti memiliki
resiko selain juga profit yang diharapkan, Resiko ini berupa kehilangan
sebagian atau seluruh dana yang kita investasikan, entah dalam waktu lama atau
bahkan juga dalam waktu singkat.Ada sebuah hukum yang berlaku secara umum dalam dunia investasi ; sebuah investasi yang menjanjikan return besar, maka investasi tersebut memiliki resiko yang sama besarnya dengan return yang dijanjikan. Sebaliknya jika anda mencari investasi dengan resiko kecil, biasanya return yang ditawarkan juga kecil.
Hal ini perlu dipahami mengingat tidak semu orang memiliki profil investasi yang sama. Ada orang-orang yang bertipe Risk Lover dengan alasan return yang dijanjikan juga besar. Sebaliknya, ada juga yang lebih mengutamakan keamanan dananya dan mencari investasi dengan resiko seminimal mungkin dengan konsekuensi return yang dihasilkan juga kecil. Orang-orang seperti ini biasa disebut risk Averter. Tidak ada yang lebih baik satu sama lainnya.Itu kembali kepada karakter pribadi masing-masing investtor.
Beberapa contoh investasi yang memiliki resiko kecil dipasar finansial diantaranya deposito, reksadana terproteksi, Surat Utang negara, dan Tabungan. yang bersifat high risk diantaranya adalah saham dan produk bursa berjangka.
Berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi jika kita hendak memulai investasi di forex, diperlukan kiat-kita kursus untuk memperkecil, atau bahkan membalikan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. berikut beberapa kiat dan management resiko yang bisa anda ambil :
Terdapat tiga (3) teknik dalam mengatasi resiko, yaitu:
1. Cut and Switch
Suatu cara yang sangat efektif untuk mengatasi kerugian yang mungkin timbul akibat keslahan transaksi, terutama bila harga menunjukkan arah pergerakan yang jelas.
Cara melakukan cut and switch:
Bila kesimpulan analisa adalah trend up dan keputusan OB (Open Buy) namun harga kembali turun dengan analisa (news and chart) sangat mendukung sehingga menimbulkan keyakinan perkembangan harga akan turun terus, maka dilakukan tindakan cut dengan melikuidasi OB sekaligus melakukan switch posisi dari buyer menjadi seller dengan OS (Open Sell).
2. Stradle/Hedging
Keuntungan : efisiensi dalam penggunaan modal
Kerugian : tidak efisien dalam penggunaan waktu
Cara melakukan Straddle:
Jika kesimpulan analisa trend up/demand period dan keputusan yang diambil adalah OB (Open Buy) namun pergerakan harga turun sehingga menimbulkan keraguan dalam pengambilan keputusan, maka tindakan yang diambil dalam straddle adalah dengan membuka OS (Open Sell). Kemudian ditunggu sampai terjadi pembalikan harga (reversal/koreksi), lalu posisi dilikuidasi satu persatu dari posisi yang sudah mempunyai keuntungan terlebih dahulu. Atau apabila kita dalam keadaan ragu-ragu dalam mengambil keputusan (dalam kondisi pasar yang tidak menentu), posisi straddle dapat digunakan untuk mengunci posisi agar kerugian tidak bertambah banyak.
3. Multiple/Covering Position
Adalah suatu cara mengatasi kesalahan yang bertujuan untuk mengunci kerugian dan sekaligus mengurangi tingkat kerugian. Bahkan sekaligus dapat menutupi kerugian tersebut. Caranya segera membuka kontrak baru yang berlawanan dari kontrak semula, dimana jumlah posisi atau jumlah lot lebih banyak. Selanjutnya semua open position tersebut dapat dilikuidasai secara serempak.
4. Averaging
Suatu strategi yang membutuhkan keberanian dan modal yang besar karena dalam strategi ini, seorang trader akan tetap mempertahankan prediksinya sesuai dengan analisa dan akan melakukan double posisi dalam jumlah transaksi ketika harga bergerak berlawanan dengan arah posisi/prediksi kita.?
Optimalkan Investasi Dengan Manajemen
Resiko
Pada dasarnya para investor melakukan investasi yaitu ingin
memperoleh hasil balik yang menguntungkan dari setiap instrument investasinya.
Pada kenyataannya beberapa investor masih belum memperoleh dari apa yang
diharapkan sebelumnya yaitu mengalami kerugian, hal ini dikarenakan setiap
investasi memiliki potensi resiko kerugian.
Dalam setiap instrument investasi terdapat potensi keuntungan dan juga adanya potensi resiko yang dihadapi. Semakin besar potensi keuntungan yang dihadapi, maka semakin besar juga potensi resiko yang akan dihadapi, dan potensi keuntungan rendah yang dihadapi maka potensi resiko yang rendah akan dihadapi.
Dalam menghadapi potensi resiko maka perlu adanya manajemen resiko dalam setiap instrument investasi. Manajemen resiko adalah suatu tindakan antisipasi kerugian yang semakin besar lagi dari setiap investasi, atau istilah lainnya yaitu tidak membiarkan kerugian yang semakin besar.
Manajemen resiko haruslah diterapkan dalam setiap instrument investasi khususnya dalam investasi berjangka, dikarenakan investasi berjangka adalah investasi dalam kategori “High Risk, High Return”. Ada beberapa konsep dari management resiko dalam investasi berjangka, yaitu ; Cut Loss, Cut and Switch, Locking, Averaging, dan Double Cover.
1. Cut Loss, adalah tindakan menutup posisi yang terbuka dalam keadaan yang rugi secepatnya agar kerugian tidak semakin besar.
2. Cut and Switch, adalah tindakan menutup posisi yang terbuka dalam keadaan yang rugi secepatnya agar kerugian tidak semakin besar, dan kemudian membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi sebelumnya. Contoh posisi awalnya adalah posisi Beli (Buy) tetapi mengalami kerugian dikarenakan harga turun, sehingga menutup posisi tersebut dalam keadaan rugi kemudian membuka posisi baru yang berlawanan yaitu posisi jual (Sell).
3. Locking, adalah tindakan antisipasi kerugian agar tidak semakin besar dengan cara mengunci kerugian tersebut, sehingga ada 2 posisi terbuka yang berlawanan. Contoh jika posisi awalnya adalah beli (Buy) tetapi mengalami kerugian, kemudian membuka posisi baru jual (Sell) dengan tidak menutup posisi awal yang mengalami kerugian. Tujuan hal ini untuk mengunci kerugian yang agar tidak semakin besar.
4. Averaging, adalah tindakan antisipasi kerugian dengan cara membuka posisi baru yang searah dari sebelumnya meskipun posisi awal tersebut dalam keadaan rugi. Contoh posisi awal adalah beli (buy) dan harga turun sehingga mengalami kerugian. Kemudian mengambil posisi baru Beli (buy) pada harga yang lebih rendah. Setelah itu harga bergerak naik sehingga posisi yang baru memperoleh keuntungan meskipun posisi awal belum memperoleh keuntungan.
5. Double Cover, sama seperti Averaging dengan perbedaan pada porsi lot yang lebih besar. Contoh posisi awal dengan posisi beli (Buy) sebanyak 1 lot dan harga turun sehingga mengalami kerugian, kemudian mengambil posisi baru beli (buy) sebanyak 2 lot pada harga yang lebih rendah, sehingga jika harga bergerak naik maka posisi baru dengan porsi 2 lot akan mengalami keuntungan yang lebih besar.
Perlu disadari bahwa manajemen resiko merupakan faktor penting dalam mengembangkan instrument investasi, karena manajemen resiko memiliki tujuan membatasi kerugian dari potensi kerugian yang semakin besar. Dalam menerapkan manajemen resiko perlu dilakukan secara disiplin, karena jika manajemen resiko tanpa dilakukan secara disiplin, maka tanpa disadari posisi kerugian akan semakin besar. Oleh sebab itu dalam berinvestasi ada istilah “Cut your loss short dan let your profit run”.
Dalam setiap instrument investasi terdapat potensi keuntungan dan juga adanya potensi resiko yang dihadapi. Semakin besar potensi keuntungan yang dihadapi, maka semakin besar juga potensi resiko yang akan dihadapi, dan potensi keuntungan rendah yang dihadapi maka potensi resiko yang rendah akan dihadapi.
Dalam menghadapi potensi resiko maka perlu adanya manajemen resiko dalam setiap instrument investasi. Manajemen resiko adalah suatu tindakan antisipasi kerugian yang semakin besar lagi dari setiap investasi, atau istilah lainnya yaitu tidak membiarkan kerugian yang semakin besar.
Manajemen resiko haruslah diterapkan dalam setiap instrument investasi khususnya dalam investasi berjangka, dikarenakan investasi berjangka adalah investasi dalam kategori “High Risk, High Return”. Ada beberapa konsep dari management resiko dalam investasi berjangka, yaitu ; Cut Loss, Cut and Switch, Locking, Averaging, dan Double Cover.
1. Cut Loss, adalah tindakan menutup posisi yang terbuka dalam keadaan yang rugi secepatnya agar kerugian tidak semakin besar.
2. Cut and Switch, adalah tindakan menutup posisi yang terbuka dalam keadaan yang rugi secepatnya agar kerugian tidak semakin besar, dan kemudian membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi sebelumnya. Contoh posisi awalnya adalah posisi Beli (Buy) tetapi mengalami kerugian dikarenakan harga turun, sehingga menutup posisi tersebut dalam keadaan rugi kemudian membuka posisi baru yang berlawanan yaitu posisi jual (Sell).
3. Locking, adalah tindakan antisipasi kerugian agar tidak semakin besar dengan cara mengunci kerugian tersebut, sehingga ada 2 posisi terbuka yang berlawanan. Contoh jika posisi awalnya adalah beli (Buy) tetapi mengalami kerugian, kemudian membuka posisi baru jual (Sell) dengan tidak menutup posisi awal yang mengalami kerugian. Tujuan hal ini untuk mengunci kerugian yang agar tidak semakin besar.
4. Averaging, adalah tindakan antisipasi kerugian dengan cara membuka posisi baru yang searah dari sebelumnya meskipun posisi awal tersebut dalam keadaan rugi. Contoh posisi awal adalah beli (buy) dan harga turun sehingga mengalami kerugian. Kemudian mengambil posisi baru Beli (buy) pada harga yang lebih rendah. Setelah itu harga bergerak naik sehingga posisi yang baru memperoleh keuntungan meskipun posisi awal belum memperoleh keuntungan.
5. Double Cover, sama seperti Averaging dengan perbedaan pada porsi lot yang lebih besar. Contoh posisi awal dengan posisi beli (Buy) sebanyak 1 lot dan harga turun sehingga mengalami kerugian, kemudian mengambil posisi baru beli (buy) sebanyak 2 lot pada harga yang lebih rendah, sehingga jika harga bergerak naik maka posisi baru dengan porsi 2 lot akan mengalami keuntungan yang lebih besar.
Perlu disadari bahwa manajemen resiko merupakan faktor penting dalam mengembangkan instrument investasi, karena manajemen resiko memiliki tujuan membatasi kerugian dari potensi kerugian yang semakin besar. Dalam menerapkan manajemen resiko perlu dilakukan secara disiplin, karena jika manajemen resiko tanpa dilakukan secara disiplin, maka tanpa disadari posisi kerugian akan semakin besar. Oleh sebab itu dalam berinvestasi ada istilah “Cut your loss short dan let your profit run”.
Cara Mengatur Manajemen Resiko
Manajemen
Resiko
Sebuah usaha tidak akan pernah
terlepas dari yang namanya resiko. Apapun usaha yang kita geluti pasti ada
resiko yang terkandung didalamnya. Dengan demikian maka kita perlu cara untuk
mengurangi resiko itu, cara tersebut dinamakan Manajemen Resiko. Artinya
bagaimana kita dapat mengendalikan Resiko yang kita tanggung atau bagaimana
meminimalisasi Resiko.
Sebagaimana sudah dijelaskan pada
pernyataan tadi, sebuah investasi, apapun jenisnya, memiliki resiko selain juga
profit yang diharapkan. Resiko ini berupa kehilangan sebagian atau seluruh dana
yang kita investasikan entah dalam waktu yang lama atau bahkan juga dalam waktu
yang singkat. Dalam hitungan hari misalnya.
Ada sebuah hukum yang berlaku secara
umum dalam dunia investasi: sebuah investasi yang menjanjikan return besar,
maka investasi tersebut memiliki resiko yang sama besarnya dengan return yang
dijanjikan. Sebaliknya, jika Anda mencari investasi dengan resiko kecil,
biasanya return yang ditawarkan juga kecil.
Hal ini perlu dipahami mengingat
tidak semua orang memiliki profil investasi yang sama. Ada orang-orang yang
bertipe risk lover dengan alasan return yang dijanjikan juga besar. Sebaliknya,
ada juga yang lebih mengutamakan keamanan dananya dan mencari investasi dengan
resiko seminimal mungkin dengan konsekuensi return yang dihasilkan juga kecil.
Orang-orang seperti ini biasa disebut risk averter. Tidak ada yang lebih baik
satu sama lainnya. Itu kembali kepada karakter pribadi masing-masing investor.
Ada beberapa jenis investasi yang
memiliki resiko kecil di pasar finansial diantaranya deposito, reksadana
terproteksi, Surat Utang Negara, dan tabungan. Yang bersifat high risk
diantaranya adalah Saham dan produk bursa berjangka.
Bagaimana dengan forex trading?
Karena tergolong sebagai produk investasi bursa berjangka (index, komoditi dan
forex), maka forex trading tergolong investasi yang sifatnya high risk. Artinya
forex trading tergolong memiliki resiko tinggi. Salah satu yang tertinggi
diantara instrumen investasi keuangan lainnya.
Beberapa faktor resiko yang harus
Anda ketahui sebelum memulai investasi pada forex trading :
- Memiliki kemungkinan kehilangan dana 100%
- Arus dana sangat cepat (very liquid)
- Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti untung 100%. Ada banyak metode trading yang bagus namun tidak ada satu pun yang dapat menjamin pasti untung 100%.
Forex trading bukanlah sebuah “quick rich scheme”
yang dapat membuat Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak. Itu
mimpi! Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam
hidupnya. Termasuk mereka yang sukses melalui forex trading. Diperlukan kerja
keras untuk mempelajari analisa dan perilaku pasar sehingga kita dapat menebak
arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu juga diperlukan mental ekstra
ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Tanyakanlah pada trader-trader
sukses yang Anda kenal, apakah mereka pernah mengalami jatuh bangun dalam
trading mereka. Dan jawabannya hampir pasti adalah ya. Kesuksesan hanyalah
disediakan bagi mereka yang mau berusaha dan belajar terus menerus memperbaiki
dirinya.
Nah berkaitan dengan resiko yang
harus dihadapi jika kita hendak memulai investasi di forex, diperlukan
kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang
tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa
kiat dan manajemen resiko yang bisa Anda ambil:
- Cut loss
Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan harga pasar. Cut loss digunakan untuk membatasi kerugian yang dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. - Switching
Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah menutup posisi kita yang merugi, kita
membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan harga pasar. - Averaging
Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi yang telah kita buka yang ternyata bergerak berlawanan dengan harga pasar. - Hedging
Hedging adalah suatu keadaan dimana kita membuka 2 posisi berlawanan secara bersamaan yaitu membuka open posisi buy, tapi juga sekaligus membuka open posisi sell secara bersamaan dengan tanpa di pasangi stop loss melainkan hanya target profit saja biasanya target profitnya berkisar 30-50 poinan adapun maksud dan tujuannya adalah supaya kita memperoleh profit disaat terjadi swing harga baik saat harga bullish maupun saat harga bearish
Ketiga manajemen resiko diatas
sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, betapa sayangnya kita
mengalami kerugian hanya karena kita tidak mengatahui hal diatas. Namun apakah
dengan mengetahui ketiga manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah
mengalami loss?
Jawabannya tentu saja tidak. Kalau
Anda cermati, ketiga manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal: kemampuan
kita menganalisa pergerakan harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading.
Manajemen resiko bahkan tidak pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu
melakukan analisa dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah
keharusan dalam memulai investasi di forex trading.
Jika kita dapat menerapkan manajemen
resiko dengan disiplin maka profit akan segera kita dapatkan. Forex itu butuh
kesabaran, kosistensi dan kedisiplinan maka keuntungan itu akan datang dan
forex akan lari dari orang-orang yang serakah kepadanya. Untuk itu jadilah
orang yang penyabar kalau ingin sukses!
No comments:
Post a Comment